Pemerintah Israel akhirnya membuka sebagian akses distribusi bantuan pangan ke Jalur Gaza, setelah mendapat tekanan dari komunitas internasional dan organisasi kemanusiaan. Meski begitu, jumlah bantuan yang berhasil masuk ke wilayah tersebut masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan jutaan warga yang terdampak konflik berkepanjangan.
Militer Israel menyatakan bahwa mereka telah mengizinkan truk-truk bantuan masuk melalui beberapa titik pemeriksaan, termasuk di perbatasan Rafah dan Kerem Shalom. Organisasi seperti World Food Programme (WFP) dan Palang Merah turut mengoordinasikan distribusi agar bantuan sampai ke tangan warga yang paling membutuhkan. Namun, mereka mengeluhkan bahwa jumlah truk yang diperbolehkan masuk setiap hari masih sangat terbatas.
Warga Gaza menyambut bantuan tersebut dengan harapan, meski mereka tetap menghadapi antrian panjang dan ketidakpastian. Banyak keluarga mengaku hanya menerima sedikit bahan pokok seperti tepung, air bersih, dan makanan kaleng. Sementara itu, kebutuhan akan susu bayi, obat-obatan, dan perlengkapan medis tetap tinggi dan belum terpenuhi secara maksimal.
Israel berdalih bahwa mereka harus menjaga keamanan dengan memeriksa setiap muatan bantuan yang masuk. Mereka mengaku khawatir kelompok bersenjata akan menyelundupkan senjata melalui jalur bantuan kemanusiaan. Di sisi lain, berbagai negara dan lembaga internasional terus mendesak Israel untuk mempercepat dan memperluas akses logistik.
PBB memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan di Gaza dapat memburuk jika distribusi bantuan tidak segera ditingkatkan. Mereka menyerukan gencatan senjata jangka panjang agar bantuan bisa mengalir lancar dan proses pemulihan berjalan lebih cepat.
Situasi ini menunjukkan betapa pentingnya kerja sama politik dan kemanusiaan di tengah konflik. Bantuan pangan bisa menyelamatkan nyawa, namun hanya solusi damai rtp medusa88 yang bisa mengakhiri penderitaan.